Jumat, 25 Maret 2016

Zat Pengawet Makanan Alami

ZAT PENGAWET MAKANAN ALAMI

Pengawet makanan termasuk salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari produk pangan, apalagi di zaman yang serba instan dan praktis ini. Penggunaan pengawet makanan bertujuan untuk memperpanjang usia makanan/minuman serta mencegah dari kontaminasi mikroba yang merusak makanan.
Jenis pengawet sendiri ada dua, yakni pengawet alami dan pengawet buatan/sintetis. Dilihat dari segi harga, mungkin pengawet buatan jauh lebih murah, namun penggunaan dalam jangka panjang dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Dibandingkan pengawet buatan, pengawet alami dinilai lebih aman dan baik untuk kesehatan.
Berikut adalah contoh-contoh pengawet alami

1.      Garam
Garam termasuk pengawet alami yang juga ampuh menangkal microorganisme penyebab kerusakan makanan. Contoh makanan yang diawetkan menggunakan garam, misalnya : ikan asin, asinan sayur, dan lain sebagainya.

2.      Gula pasir
Gula pasir tidak hanya memberikan rasa manis, tapi juga berfungsi mengawetkan makanan karena microorganisme tidak bisa tahan hidup didalamnya. Bahan yang bisa diawetkan dnegan gula pasir, antara lain : manisan, selai, dan lain sebagainya.

3.      Gula merah
Seperti halnya gula tebu, gula merah juga berfungsi sebagai pemanis sekaligus pengawet. Ini bisa digunakan untuk mengawetkan masakan, serundeng daging, bacem, dan lain sebagainya.

4.      Cengkih
Tidak hanya berfungsi sebagai penambah aroma makanan, cengkih juga berfungsi mengawetkan makanan dan mencegah tumbuhnya jamur pada makanan.

5.      Kayu manis
Selain berfungsi menambah aroma makanan, kayu manis juga mengandung asam benzoat yang ampuh membantu mengawetkan makanan, misalnya : penggunaan pada selai dan minuman.

6.      Lemon
Lemon kaya vitamin C yang membantu melenyapkan microorganisme perusak gizi makanan sehingga dapat membantu mengawetkan bahan makanan. Caranya : sebelum disimpan, Anda bisa melumuri daging, ikan, ayam atau sayuran dengan air lemon.

7.      Cuka
Cuka mengandung zat yang mampu membunuh microorganisme dan bakteri pembusuk makanan. Contoh makanan yang diawetkan dnegan cuka, misalnya : acar, makanan kaleng, dan lainnya. Anda juga bisa melumurkan pada daging, ayam, ikan mentah sebelum disimpan dalam kulkas.

8.      Minyak
Minyak berfungsi memperlambat proses oksidasi sehingga microorganisme lebih cepat mati. Untuk itu, tak heran jika makanan yang digoreng memiliki ketahanan lebih lama dibandingkan direbus.

9.      Bawang putih
Bawang putih tidak hanya berfungsi menyedapkan masakan, tapi juga pengawet karena mengandung zat-zat yang ampuh membunuh bakteri yang bersifat merusak makanan.

10.  Air ki
Air ki merupakan salah satu bahan perngawet alami yang menggunakan bahan dasar jerami. Cara penggunaannya cukup sederhana. Jerami dibakar hingga menjadi abu, lalu abu jerami dimasukkan ke dalam wadah yang diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2 jam. Selanjutnya disaring sehingga sisa pembakaran jerami tidak bercampur dengan air. Air sisa pembakaran jerami inilah yang disebut air ki. Air ki mengandung antiseptik yang dapat membunuh kuman, dengan pemberian air ki, makanan dapat bertahan lebih lama, seperti pada mi basah yang mampu bertahan sampai dua hari

11.  Kunyit
Bahan pengawet makanan alami yang lain adalah kunyit. Kunyit dapat digunakan sebagai pengawet makanan karena berfungsi sebagai antibiotik, antioksidan, antibakteri, anti radang dan antikanker. Di samping itu kunyit juga berfungsi sebagai pewarna alami, seperti yang biasa digunakan pada tahu. Kunyit basah kandungan utamanya adalah kurkuminoid 3-5 %, sedangkan pada kunyit ekstrak, kandungan kurkuminoid mencapai 40-50%. Untuk penggunaan kunyit disarankan agar tidak melalui pemanasan, terkena cahaya dan lingkungan yang basah. Sebaiknya kunyit ditumbuk, digiling dan diperas airnya. (Ida Soeid, 2006).

12.  Chitosan
Chitosan merupakan produk turunan dari polimer chitin, yakni produk samping (limbah) dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang dan rajungan. Limbah kepala udang mencapai 35-50% dari total berat udang. Kadar chitin dalam berat udang berkisar antara 60-70% dan bila diproses menghasilkan sekitar 15-20%. Chitosan mempunyai bentuk mirip dengan selulosa.
Proses utama dalam pembuatan chitosan meliputi penghilangan protein dan kandungan mineral melalui proses kimia yang disebut deproteinasi dan demineralisasi yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan asam. Selanjutnya chitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan cara memanaskan dalam larutan basa. Chitosan sedikit larut dalam air dan mempunyai muatan positif yang dapat mengikat muatan negatif dari senyawa lain serta mudah mengalami degradasi secara biologi dan tidak beracun, selain itu chitosan dapat berfungsi sebagai pelapis (coating), agar tidak dihinggapi lalat dan menghambat pertumbuhan bakteri (Linawati, 2006). Tetapi kekurangan dari penggunaan chitosan ini adalah pembuatannya yang cukup rumit sehingga sulit untuk dilakukan dalam skala kecil.

13.  Antioksidan
Antioksidan termasuk bahan pengawet yang digunakan untuk mencegah oksidasi bahan makanan baik oleh udara maupun mikroorganisme. Antioksidan juga dapat mencegah bau tengik pada makanan yang mengandung lemak dan minyak, misalnya kornet, mentega dan minyak goreng. Beberapa zat antioksidan yang digunakan dalam makanan kemasan diantaranya adalah: butil hidroksianisol (BHA), butil hidroksitoluen (BHT), propilgalat (PG), asam sitrat, asam etanoat, asam askorbat (vitamin C) dan tokoferol (vitamin E).

14.  Asam cuka
Asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.

15.  Asam Benzoat atau Natrium Benzoat
Berbagai minuman sari buah, minuman berkarbonat dan makanan dalam kemasan kaleng atau plastik menggunakan asam benzoat atau natrium benzoat sebagai bahan pengawet. Asam benzoat secara alami terkandung di dalam cengkeh dan kayu manis. 

16.  Nitrit dan Nitrat
     Senyawa nitrit dan nitrat digunakan untuk mencegah tumbuhnya bakteri pada produk daging olahan, sedangkan sulfur dioksida digunakan untuk mengawetkan buah-buahan kering.

17.  Daun Gambir
Daun gambir bisa membuat makanan terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh mikrooganisme dan degradasi reaksi oksidasi penyebab makanan menjadi basi.

18.  Kalowak
Kalowak atau keluak atau dikenal juga sebagai Buah Picung umumnya digunakan sebagai bahan pengawet untuk ikan yang masih segar. Bila di campur dengan garam sanggup mengawetkan ikan segar selama enam hari tanpa mengurangi kandungan gizinya.

19.  Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe vera L.) mengandung enzim oksidase yang dapat digunakan sebagai bahan pengawet antioksidan dalam penyimpanan makanan agar bisa tahan lama.

20.  Kombinasi Daun Pandan dan Daun Teh
Daun pandan mengandung fenol dan saponin yang berfungsi sebagai antibakteri, sedangkan Daun Teh mengandung flavonoid dan tanin sebagai anti-mikroorganisme. Kolobrasi keduanya menghasilkan bahan pengawet yang biasa digunakan untuk membuat ikan asin, dan bisa menjadikan rasa ikan asin menjadi lebih lezat.

21.  Asap Cair
Asap Cair (Liquid Smoke) berfungsi sebagai antimikroba dan antioksidan dan bersifat fungsional seperti anti jamur, antibakteri serta anti oksidan. Pemanfaatan Asap Cair digunakan untuk mengawetkan ikan dan daging sehingga bisa bertahan hingga duapuluh lima hari.

22.  Air Endapan Abu Merang
Air Endapan Abu Merang umumnya digunakan untuk mengawetkan mie. Cara membuatnya cukup mudah, yaitu dengan membakar merang padi kemudian ambil abunya lalu larutkan dengan air, kemudian diendapkan sampai terpisah air dan abunya.

23.  Karagenan
Karagenan terbuat dari rumput laut, umumnya digunakan sebagai bahan pengawet alami pada produk makanan berupa mie basah, bakso dan nugget. Makanan yang mengandung karagenan akan menjadi lebih kenyal, serat tinggi dan kandungan antioksidan yang tinggi.

24.  Ekstrak Daun Rosemary

Ekstrak Daun Rosemary (Rosmarinus officinalis) yang lebih dikenal sebagai tanaman hias sudah ratusan tahun digunakan sebagai pemberi aroma harum dan enak untuk makanan serta mengandung anti oksidan. Ternyata ekstraknya bisa juga digunakan sebagai pengawet makanan. Ekstrak yang diperoleh dari penyulingan daun-nya mampu mencegah oksidasi dan dekomposisi makanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar